Mengenal Kasta Dalit Sebagai Kastra Terendah di India
https://www.abc.net.au/
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, di India masih terdapat satu kasta yang dianggap untouchables alias ‘tak tersentuh’, yakni kasta Dalit. Menurut bahasa, kata “Dalit” berarti ‘tertindas’, sehingga sering mendapatkan perlakuan tidak manusiawi. Dilansir dari website Antropologi Unair, kasta Dalit ini ditempatkan di paling bawah dan bahkan “haram” untuk disentuh karena mereka tidak memiliki varna. Menurut keyakinan Hindu, varna adalah proses penciptaan manusia yang berasal dari bagian-bagian tubuh dari Dewa Purusha. Nah, penciptaan kaum Dalit ini diyakini di luar sistem Vana sehingga dilarang untuk melakukan segala pekerjaan manusia pada umumnya, kecuali yang rendah nilainya. Selain dianggap sebagai untouchables alias ‘tak tersentuh’, kasta Dalit juga dikenal dengan nama “kaum tak berkasta”.
Diskriminasi tentu saja banyak dilakukan terhadap kasta Dalit ini, terutama yang tinggal di pedesaan. Di sana, mereka dianggap sebagai manusia paling hina dan haram sehingga hidupnya sangat menderita sekaligus terpuruk. Mereka akan bekerja sebagai gelandangan, pengemis, pembersih saluran air, hingga pemulung kotoran manusia. Kehidupan kasta Dalit ini pernah diliput oleh BBC News Indonesia, yang dipekerjakan oleh masyarakat untuk mengumpulkan kotoran manusia dengan tangan kosong. Yap, sebegitu rendahnya kasta Dalit di mata masyarakat India.
Bagi masyarakat umum, kaum Dalit dianggap “pantas” mengerjakan pekerjaan rendahan sekalipun memulung kotoran manusia dengan tangan kosong dan tanpa proteksi perlindungan kesehatan. Bahkan di wilayah India Utara, kasta Dalit ini justru diasingkan dan disudutkan oleh masyarakat sejak waktu lama. Misalkan saja kaum Dalit ini mendirikan toko, pasti tidak akan ada seorangpun yang membeli karena toko tersebut milik kaum Dalit.
Mirisnya, sebagian besar korban diskriminasi terhadap kasta Dalit itu adalah kaum wanita. Mereka tidak hanya menderita asma dan malaria saja, tetapi juga rentan terhadap kekerasan dan pemerkosaan. Sebenarnya, sudah banyak artikel jurnal penelitian yang membahas tentang diskriminasi terhadap perempuan Dalit ini, salah satunya berjudul “Analisis Kekerasan Kultural Pada Perempuan Dalit India Di Era Pemerintahan Narendra Modi” oleh Santria Agusti.
Perempuan yang lahir di kasta Dalit seolah mendapatkan kerugian dua kali lipat. Mengingat negara India begitu tunduk pada sistem patriarki dan kasta Dalit sendiri dianggap sebagai kasta rendahan. Tidak hanya harus terlibat dalam pekerjaan fisik saja, tetapi perempuan kasta Dalit rentan mendapatkan kesulitan untuk akses pendidikan, pelecehan baik secara verbal dan seksual, pembunuhan, hingga pemerkosaan. Adanya status untouchables alias ‘tak tersentuh’ menjadikan perempuan kasta Dalit dianggap “wajar” untuk mendapatkan perlakuan semena-mena tersebut. Padahal, hal tersebut jelas saja melanggar HAM yang dimilikinya.
Perempuan kaum Dalit dilarang untuk banyak hal, sebut saja untuk memasuki tempat ibadah, mengakses sumber air, hingga berjalan di jalan umum. Yap, jalan umum yang biasa dilewati oleh orang-orang dari kasta atas itu dilarang untuk dilewati oleh para kasta Dalit. Tidak hanya itu saja, diskriminasi ini juga meluas hingga dilarangnya kaum Dalit mendapatkan akses masuk rumah sakit, bekerja di lembaga pemerintahan, hingga sulitnya mengakses pendidikan. Mirisnya lagi, jika seorang perempuan kaum Dalit dibunuh oleh seseorang dari kasta di atasnya, maka itu dianggap sebagai pelanggaran ringan dan diartikan sebagai pembunuhan terhadap binatang.
Nah, itulah ulasan mengenai apa saja kasta di India dan keberadaan kasta Dalit yang dianggap begitu hina untuk didekati. Apakah Grameds setuju dengan keberadaan sistem kasta yang membagi strata sosial di India ini?
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17298/2/T2_752016004_BAB%20II.pdf
Agusti, Santria. (2022). Analisis Kekerasan Kultural Pada Perempuan Dalit India di Era Pemerintahan Narendra Modi. Universitas Islam Indonesia. Skripsi.
Ulum, Raudatul. (2018). Institusi Minoritas dan Struktur Sosial di India. Jurnal Multikultural & Multireligius, Vol 17.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kasta berasal dari bahasa Portugal (casta) yang berarti keturunan atau suku.[1] Kasta pada abad ke-16 digunakan oleh penjelajah Portugis untuk mendeskripsikan pembagian kerja pada masyarakat India. Tetapi persepsi awal pembagian tersebut memiliki tingkatan, kenyataannya pada Weda sendiri tidak menjelaskan tingkatan sosial hanya menjelaskan pembagian kerja yg disebut Varna.[2] Kasta yang sebenarnya merupakan perkumpulan tukang-tukang atau orang-orang ahli dalam bidang tertentu.
Di Indonesia, sistem kasta dapat dilihat di Bali. Anak-anak di Bali diberi nama berdasarkan kasta keluarga mereka dan urutan kelahiran mereka. Masyarakat Bali didasarkan pada sistem kasta Catur Warna Hindu, walaupun tidak serumit yang terjadi di India. Versi sederhana ini menjelaskan pembagian manusia ke dalam 4 kasta yang berbeda:
Keempat kasta ini mempunyai aturan yang berbeda-beda untuk berinteraksi/berkomunikasi dengan orang-orang dengan kasta yang berbeda. Bahasa Bali Madya biasa digunakan untuk lawan bicara yang belum diketahui kastanya, untuk menghindari ketidakhormatan kepada lawan bicara.
Sedangkan di luar sistem kasta tersebut, ada pula istilah:
Sistem Kasta pada umumnya dikaitkan dengan sistem Varna dalam agama Hindu. Pada hakikatnya, tiada perkataan kasta dalam mana-mana kitab agama Hindu. Perkataan kasta berasal daripada Latin, iaitu Castus / Casta, kemudian diguna pakai oleh orang Portugis dan Sepanyol. Semasa penjajahan Portugis di India, para Sarjana Barat cuba mengaitkan perkataan Casta (Latin) dengan Varna (Sanskrit). Maka, sistem Varna dicemarkan dengan perkataan kasta. Sistem Varna ialah pembahagian stratifikasi sesama manusia yang diamalkan oleh manusia. Malahan, stratifikasi ini wujud dikalangan semua manusia di seluruh dunia.
Sistem Varna wujud dalam agama Hindu, ia menentukan bahawa masyarakat beragama Hindu atau Arya boleh dibahagikan kepada beberapa kumpulan dan peringkat. Pada umumnya, kelas tertinggi ialah para Brahmin atau Brahmana, manakala kelas terendah ialah Sudra. Ia ialah tahap keupayaan minda yang dilatih sejak kecil. Seseorang boleh mengubah kedudukan Varna sekiranya dia mendapat pendidikan Veda dan Kita-Kitab Hindu secara sempurna. Manakala kumpulan Avarna atau Anarya ialah golongan yang terkeluar daripada agama Hindu atau telah melanggar syariat asas agama Hindu. Golongan Avarna ini juga dikenali sebagai Anarya atau Parya/Pariah atau Dalit. Mereka ini juga dikenali orang buangan. Rajah di bawah ini menunjukkan kelas-kelas yang terdapat di dalam sistem Varna. Warna Aura badan manusia berubah warna daripada gelap ke cerah berdasarkan ketakwaan dan tahap minda yang positif. Tiada kaitan dengan warna kulit seseorang.
Kasta Resmi di India
https://sites.google.com/
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa 4 kasta resmi di India yakni Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Penyebutan resmi disini maksudnya adalah kasta yang tidak disepelekan oleh masyarakat lain dan tetap menjalani hidup sewajarnya manusia. Hal tersebut karena ternyata masih ada satu lagi kasta yang dianggap untouchables alias tak tersentuh yakni kasta Dalit.
https://www.myindiamyglory.com/
Kasta Brahmana adalah kasta tertinggi di India yang didominasi oleh para golongan cendekiawan di bidang pengetahuan, adat, hingga keagamaan. Singkatnya, kasta ini adalah milik para pendeta sebagai cendekiawan di bidang keagamaan dan guru sebagai cendekiawan di bidang pengetahuan. Umumnya, kaum kasta Brahmana ini adalah seorang vegetarian sehingga mereka tidak suka mengkonsumsi makanan berdarah atau bernyawa seperti hewan. Sekalipun mereka mengkonsumsi makanan hewani, pastilah yang tinggal di pegunungan atau gurun dimana produksi makanan tersebut sangat langka.
Bagi kaum kasta Brahmana, kegiatan yang paling dilarang adalah membuat senjata, menyembelih hewan, menjual racun, menjebak satwa liar, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan kematian. Berkat kemampuan penguasaan ilmunya, pada zaman dahulu masyarakat selalu bertanya mengenai hal apapun kepada kaum Brahmana, tak terkecuali tentang gejala alam yang terjadi. Tak jarang, kaum kasta Brahmana akan ditunjuk sebagai pemimpin dalam sebuah kegiatan upacara keagamaan.
Dilansir dari nationalgeographic, kaum kasta Brahmana ternyata tidak hanya berprofesi sebagai cendekiawan agama dan guru saja, tetapi juga dapat melaksanakan tugas sebagai pejuang, pedagang, hingga petani. Pada tahun 1600-1800 tepatnya pada akhir masa pemerintahan Dinasti Maratha, kaum kasta Brahmana kebanyakan menjabat sebagai administrator pemerintah dan pemimpin militer.
Saat ini, jumlah kaum kasta Brahmana ada sekitar 5% dari total populasi India. Pernah dilakukan sebuah survey di seluruh keluarga kasta Brahmana di abad ke-20, menemukan fakta bahwa ternyata kurang dari 10% mereka bekerja sebagai pendeta. Artinya, sebagian besar kaum kasta Brahmana bermata pencaharian pada hal-hal yang berhubungan dengan kasta rendah, seperti bertani, memotong batu, dan bekerja di industri jasa. Meskipun terlihat normal, hal tersebut justru dianggap sebagai keadaan yang tidak baik. Yap, pekerjaan “rendahan” seperti itu dianggap menghalangi tugas Brahmana yang berhubungan dengan cendekiawan agama. Bahkan jika seorang Brahmana mulai melakukan pekerjaan bertani, dirinya akan dianggap telah terkontaminasi secara ritual dan dilarang memasuki imamat.
https://indiafacts.org/
Kasta di India yang kedua adalah Ksatria. Kasta ini berisikan para anggota militer, bangsawan, kepala dan anggota di suatu lembaga pemerintahan. Meskipun dianggap sebagai bangsawan, tetapi mereka tidak memiliki harta pribadi, melainkan hartanya adalah milik negara. Pada zaman dahulu, kasta Ksatria ini didominasi oleh para bangsawan dan tokoh masyarakat yang bertugas sebagai penegak keamanan, keadilan, pemimpin masyarakat, hingga pembela kaum tertindas. Hal ini merujuk pada tentara dan raja.
Sementara di zaman sekarang, kasta Ksatria masih tetap berhubungan dengan profesi di lembaga pemerintahan. Mulai dari pemimpin negara, penegak hukum, prajurit keadilan, hingga tokoh masyarakat. Itulah sebabnya, para anggota lembaga pemerintahan banyak yang berasal dari kasta Ksatria.
https://wikimedia.org/
Kasta di India yang ketiga adalah Waisya. Kasta ini didominasi oleh mereka yang memiliki bisnis dan harta benda dari usahanya sendiri, sebut saja petani, nelayan, seniman, pedagang, wirausaha, dan lainnya. Kasta Waisya masih termasuk dalam Tri Wangsa bersama dengan kasta Brahmana dan Ksatria yang berperan sebagai pilar penciptaan kemakmuran di masyarakat.
Bakat yang dimiliki oleh para kaum kasta Waisya adalah tekun, penuh perhitungan, hemat, cermat, terampil, dan kemampuan untuk mengelola aset. Yap, kaum kasta Waisya pasti identik dengan kaum pedagang yang berperan besar dalam penyelenggaraan kegiatan ekonomi dan bisnis.
https://wikimedia.org/
Kasta di India yang keempat adalah Sudra dan berperan sebagai pelayan bagi ketiga kasta di atasnya. Biasanya, kasta Sudra ini didominasi oleh mereka yang bekerja sebagai buruh dan pelayan. Sedikit trivia saja nih, kasta Sudra menjadi kasta yang paling banyak terdapat di Bali alias sekitar 90% dari jumlah penduduk Bali.
Bakat yang dimiliki para kaum kasta Sudra ini adalah kekuatan jasmani, tekun, dan taat terhadap pemimpinnya. Tugas utamanya pun tetap berhubungan dengan tugas-tugas yang memakmurkan masyarakat tetapi atas petunjuk dari golongan di atasnya.
Sistem Kasta di dalam budaya lain
Di India, semasa pemerintahan Islam walaupun banyak orang masuk agama Islam kerana hendak lari daripada sistem kasta, namun mereka juga tidak terlepas daripada ruang kasta. Contohnya ada golongan Ashraf, Mawali dan Ajlaf. Contoh, rekod Ziauddin al Barani in Fatawa i Jahandari. Ibn Batuta melihat sendiri di istana Sultan Delhi bahawa jawatan tinggi hanya kepada keturunan daripada kasta tinggi Arab sahaja. Tiada amalan kasta dikalangan Muslim masih diamalkan sehingga sekarang.
Selain India, sistem ini wujud di negara-negara lain juga. Di Afrika Selatan misalnya sewaktu era aparteid penduduk berkulit putih dianggap lebih baik superior berbanding masyarakat bukan kulit putih. Orang Wolof dalam Senegal dibahagikan kepada tiga kumpulan utama, geer (bangsawan), jaam (hamba dan orang-orang hamba) dan bahagian bawah kelas neeno. Di Jepun pula, masyarakatnya yang menetap di Amerika Selatan dipandang rendah dan sukar mendapat kerakyatan di negara sendiri, terdapat juga kasta berdasarkan kedudukan warisan dan bukannya merit peribadi. Semasa tempoh Edo, sistem Kasta sangat diformalkan dalam sistem yang dipanggil mibunsei (身分制). Di atas adalah Maharaja dan Mahkamah bangsawan (kuge), bersama-sama dengan shōgun dan daimyō. Di bawah mereka, penduduk dibahagikan kepada empat kelas: samurai, petani, Tukang dan peniaga. Hanya samurai dibenarkan untuk menanggung senjata. Seorang samurai mempunyai hak untuk membunuh mana-mana petani, Tukang kraf atau peniaga yang dia rasa tidak sopan. Pedagang adalah kasta paling rendah kerana mereka tidak menghasilkan sebarang produk. Kastes itu selanjutnya dibahagikan kepada; Contohnya, petani telah dilabelkan sebagai furiuri, tanagari, mizunomi-byakusho antara lain. Manakala, sewaktu pemerintahan Adolf Hitler, rakyat Jerman berbangsa Yahudi disisihkan dan dianggap sebagai kelas kedua.
Jika anda melihat rencana yang menggunakan templat {{tunas}} ini, gantikanlah dengan templat tunas yang lebih spesifik.
Para pemain Jepang mulai menjamur di Divisi Championship. Mereka menghadapi tantangan yang berat di kasta kedua Liga Inggris tersebut.
Dilansir dari Kyodo News, tercatat ada lima pemain asal Jepang yang berlaga di Premier League (Liga Inggris). Rupanya, di Divisi Championship yang merupakan kasta kedua kompetisi sepakbola di Inggris jumlahnya lebih banyak!
Tercatat, ada tujuh pemain Jepang di Divisi Championship. Mereka adalah Tatsuhiro Sakamoto (Coventry City), Koki Saito (Queens Park Rangers), Yu Hirakawa (Bristol), Yuki Ohashi (Blackburn), Daiki Hashioka (Luton Town), Ao Tanaka (Leeds United), dan Tatsuki Seko (Stoke City).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Intensitas di sini (Divisi Championship-red) begitu tinggi, tidak hanya saat pertandingan tapi juga di lapangan," ungkap Ohashi.
"Khususnya soal fisik, tidak terbayangkan banyak pemain lebih besar dan lebih kuat yang tidak ada di Jepang," tambahnya.
Koki Saito, penyerang sayap di QPR yang sedang dipinjamkan dari klub Belgia, Lommel SK sebelumnya sudah menjajal Liga Belanda (Eredivisie) bersama Sparta Rotterdam selama dua tahun. Bagi Saito, permainan di Inggris dan di Belanda beda banget!
"Di sini lebih sulit dibanding di Belanda. Saya merasa kurang secara fisik, terutama lawan-lawannya lebih kuat dan cepat. Saya mau terus mengasah kekuatan saya," jelas pemain berusia 23 tahun itu.
Saito melanjutkan, kedatangan para pemain Jepang ke Divisi Championship akan berujung bagus buat kekuatan Timnas Jepang sendiri. Pun dirinya merasa, tak sedikit di klub-klub kasta kedua Liga Inggris sedang meminati pemain-pemain dari Negeri Sakura.
"Beberapa tim Championship menaruh minat kepada saya dan beberapa pemain Jepang. Saya akan bekerja keras, agar hal itu tidak jadi tren sesaat," tegasnya.
"Dengan banyaknya pemain Jepang di Championship, itu bakal bagus buat para pemain kami sendiri dan untuk membangun timnas lebih kuat lagi," tutupnya.
Sistem kasta Bali adalah suatu sistem organisasi sosial yang mirip dengan sistem kasta India. Kemiripan ini bisa terjadi karena kedua sistem ini berasal dari akar yang sama, yaitu kekeliruan dalam penerapan sistem Warna yang bersumber dari Veda. Akan tetapi, sistem kasta India jauh lebih rumit daripada Bali, dan hanya ada empat kasta dalam sistem kasta Bali.
Empat kasta Bali antara lain:
Pembagian kasta yang mengikuti sistem kasta di India, yaitu Brahmāna, Kşatriya, Waisya, dan Sudra. Selain itu, Bali juga mengenal istilah jaba atau "luar", yaitu orang-orang yang berada di luar keempat kasta tersebut.[2]
Di dalam masyarakat Hindu dikenal adanya sistem warna, yaitu suatu sistem pengelompokan masyarakat berdasarkan profesi yang ditekuni, bakat dan keahlian yang dikuasai. Pada perkembangannya, sistem warna dari agama Hindu ini sering diselewengkan oleh penguasa penguasa feodal dan pengikut pengikutnya untuk melanggengkan pengaruh politisnya di masyarakat. Sistem warna yang merupakan pengelompokan orang berdasarkan tugas dan kewajiban yang dijalankan di dalam kehidupan bermasyarakat berubah menjadi tingkatan-tingkatan yang membedakan derajat seseorang berdasarkan keturunan. Ide dasar dari sistem ini, yaitu pengelompokan masyarakat berdasarkan profesi dan keahlian, sering atau bahkan terabaikan sama sekali. Tingkatan-tingkatan kelas inilah yang kemudian disebut dengan kasta.
Berbeda dengan sistem Warna yang bersumber dari ajaran Veda, sistem kasta yang sering tersamarkan dengan keberadaan sistem warna ini adalah sebuah kata yang berasal dari bahasa portugis yang berarti tembok pemisah. Penerapan politik devide et impera pada masa pendudukan Hindia Belanda membuat sistem kasta dalam masyarakat Hindu Bali menjadi semakin kuat dan bahkan menggeser pengertian sistem warna yang asli.
Terdapat empat kasta dalam masyarakat Bali yang diambil dari sistem warna, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Dari keempat kasta tersebut yang tertinggi menurut sistem kasta adalah Brahmana, karena dalam buku ke-10 Rig-Veda yang memuat tentang sistem warna tertulis: “Golongan Brahmana keluar dari mulut Dewa Brahmana, golongan Ksatria dari tangannya, Waisya dari paha atau perutnya, Sudra keluar dari telapak kakinya”. Karena inilah sistem kasta yang mengadopsi sistem warna, kemudian menganggap golongan Brahmana sebagai yang tertinggi.
Berbeda dengan keyakinan dasar agama Hindu yang memandang semua warna dalam masyarakat sama sama memiliki nilai penting masing masing,sama halnya seperti seluruh bagian tubuh dalam kehidupan: semua adalah sama penting, sama-sama berguna serta saling menunjang satu sama lainnya, sehingga tidak ada bagian tubuh yang lebih rendah nilainya dari bagian yang lainnya, atau sebaliknya; lebih mulia dari yang lainnya.Ini jelas sangat berbeda dengan apa yang kemudian diimplementasikan oleh sistem kasta, yang beranggapan sebagai: brahmana yang tertinggi karena kepala adalah bagian tubuh teratas, dan sudra adalah kaki, maka paling rendah derajatnya.
Arti kiasan yang mengatakan bahwa golongan Brahmana keluar dari mulut Dewa Brahma adalah bahwa golongan Brahmana adalah guru rakyat, karena mulut merupakan saluran buah pikiran. Oleh karena itu, golongan Brahmana merupakan kasta tertinggi yang suaranya harus didengar dan ditaati. Golongan ini terdiri atas para pendeta dan pemimpin agama. Tugasnya menjalankan upacara-upacara keagamaan.
Golongan Ksatria yang dikatakan keluar dari tangan Brahma berarti, berarti bahwa golongan Ksatria menjadi golongan pemerintah, karena tangan diperlukan untuk memanggul senjata pada saat peperangan menahan serangan musuh. Golongan Ksatria terdiri dari raja, bangwasan, dan prajurit. Tugasnya menjalankan pemerintahan.
Kasta Waisya keluar dari perut atau paha Dewa Brahma. Paha berfungsi membawa tubuh dari suatu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu, Kasta Waisya terdiri daripada pedagang yang membawa dagangan ke berbagai tempat. Dengan kata lain kasta Waisya bertugas menjalankan roda perekonomian.
Kasta Sudra keluar dari telapak kaki Dewa Brahma. Kaki adalah bagian tubuh yang paling di bawah, maka kasta Sudra menjadi kasta yang paling rendah kedudukannya dan harus melayani kasta-kasta yang ada di atasnya.
Pembagian kasta dengan hanya mengambil tiga kasta teratas dari sistem Caturwangśa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, triwangsa (tri·wang·sa) tergolong dalam kata benda yang memiliki arti "tiga kasta (Brahmana, Kesatria, Waisya)".[3] Berdasarkan triwangsa, semua gelar diperoleh secara askriptif atau turun-menurun dan ditentukan berdasarkan garis keturunan.[4] Pola triwangsa masyarakat Bali memengaruhi kehidupan kerajaan Mataram, Lombok. Pengaruh terutama terlihat pada pemakaian gelar ( gelar raja-raja, Anak Agung,cokorda,gusti dan lain lain.)Pola hubungan sosial, pelaksanaan upacara, ritual kerajaan.[4]
Walaupun disadari sebagai budaya salah kaprah, dan kekeliruan dalam penafsiran sitem Varna yang bersumber dari ajaran veda, tetapi banyak pula yang berusaha untuk tetap melestarikan sistem ini.Dengan alasan melestarikan adat budaya dan agama, mereka mengungkapkan banyak alasan alasan sebagai pembenar. Seperti yang diungkapkan dalam buku Tata Nama Orang Bali halaman 91 "... Oleh karena itu, warisilah sistem tata nama yang sudah ada ini sebagai warisan budaya tradisi lisan yang meng-ajeg-kan bali,karena soal nama dan tata gelarnya tidak akan mungkin dihapus di jagat bali ini walaupun semua itu dianggap berasal dari cast pemberian penjajah belanda.Wajarlah belanda sebagai penguasa ingin mengatur wilayah yang dijajah dan dijarahnya..." lebih jauh penulis kemudian menambahkan "...Bagi kita di Bali, karena sistem tata nama ini merupakan warisan yang turun temurun berdasar konsep kebudayaan Hindu maka penerapannya hingga kini sudah menjadi merasuk di setiap insan orang Bali.Sistem tata nama dengan tata gelar berdasarkan caturwangsa ini tidak mungkin diubah total dengan caturwarna..."
Pembagian berdasarkan golongan adalah:[2]
Pengucapan dan penulisan tanggal menjadi salah satu hal yang harus Anda ketahui saat belajar bahasa Inggris. Khususnya, jika Anda sering menulis jurnal atau berita yang mengharuskan Anda menuliskan tanggal. Dalam literature bahasa Inggris, pengucapan dan penulisan tanggal memiliki format yang jauh berbeda dengan bahasa Indonesia.
Setidaknya ada dua cara menulis tanggal dalam bahasa Inggris, yang pertama adalah menuliskan hari dahulu sebelum bulan, atau menuliskan bulan terlebih dahulu sebelum hari. Anda juga bisa menggunakan tulisan, ataupun angka dengan akhiran bilangan bertingkat (st, nd, rd, atau th) dalam menuliskan format tanggal dalam bahasa Inggris. Belum lagi perbedaan format menulis tergantung referensi bahasa Inggris apa yang Anda gunakan, British atau Amerika.
Bisa dilihat contoh di bawah ini:
Mari kita lihat penjelasan contoh penulisan tanggal dalam bahasa Inggris diatas. Contoh di atas menggunakan format penulisan tanggal yang dimulai dengan angka yang memiliki akhiran bilangan bertingkat yaitu 7th. Dan kemudian ditulis nama bulan menggunakan preposisi of sebelum menulis nama bulannya. Lalu dilanjutkan dengan tanda koma, dan tahun.
Cara menulis tanggal dalam bahasa Inggris lainnya adalah dengan menggunakan angka, dengan bentuk yang paling umum adalah, 10/09/13 atau 10-9-13. Namun ada hal yang perlu diperhatikan pada cara menulis tanggal dalam bahasa Inggris dengan cara ini. Terutama, karena bahasa Inggris British dan bahasa Inggris Amerika memiliki aturan yang berbeda.
Kita lihat langsung penjelasannya di bawah ini. Misalnya kita menggunakan contoh diatas yakni 10/09/13 atau 10-9-13. Jika kita membacanya menurut bahasa Inggris British, akan memiliki arti berbeda dengan bahasa Inggris Amerika.
Jika kita menggunakan bahasa Inggris British, penulisan tanggal dalam bahasa Inggris tersebut memiliki arti 10 September 2013, karena di dalam aturan bahasa Inggris British, penulisan tanggal dimulai dengan tanggal, diikuti bulan lalu tahun.
Sementara, jika kita menggunakan bahasa Inggris Amerika, penulisan tanggal diatas akan dibaca sebagai 9 Oktober 2013. Mengapa bisa berbeda? Karena di dalam aturan bahasa Inggris Amerika, penulisan tanggal dimulai dengan bulan, tanggal lalu diikuti dengan tahun. Maka, penulisan 10/09/13, akan berarti 10 sebagai bulan 10 atau Oktober, 9 untuk tanggal 9, dan 13 sebagai tahun yaitu 2013.
Karena itu Anda harus berhati-hati dalam menuliskan tanggal, jika Anda bertujuan untuk menggunakan bahasa Inggris British, jangan sampai Anda salah menuliskkan format tanggal dalam kaidah bahasa Inggris Amerika.
Namun, Anda tidak perlu khawatir, untuk menghindari kerancuan pada cara menulis tanggal dalam bahasa Inggris tersebut, ada cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasinya. Cara tersebut adalah dengan menggunakan cara lain yaitu Anda harus mengeja bulan atau dengan cara menggunakan singkatan.
Sebagai contoh, Anda bisa menuliskannya seperti contoh di bawah ini:
The tenth of September 2013.
Atau bisa juga dengan cara menulis tanggal dalam bahasa Inggris sebagai berikut.
September the tenth 2013.
Agar tidak kebingungan menentukan singkatan apa yang tepat, dibawah ini adalah singkatan yang bisa Anda pakai untuk menuliskan nama bulan:
• January menjadi Jan
• February menjadi Feb
• September menjadi Sep
• October menjadi Oct
• November menjadi Nov
• Desember menjadi Dec
Selain singkatan nama bulan, masih banyak yang keliru mengenai penulisan angka bertingkat atau ordinal number. Beriku ini adalah contoh-contoh ordinal number yang bisa Anda lihat beserta cara membacanya.
• 1 = 1st dibaca The first
• 2 = 2nd dibaca The second
• 3 = 3rd dibaca The third
• 4 = 4th dibaca The fourth
• 5 = 5th dibaca The fifth
• 6 = 6th dibaca The sixth
• 7 = 7th dibaca The seventh
• 8 = 8th dibaca The eight
• 9 = 9th dibaca The ninth
• 10 = 10th dibaca The tenth
• 11 = 11th dibaca The eleventh
• 12 = 12th dibaca The twelfth
• 13 = 13th dibaca The thirteenth
• 14 = 14th dibaca The fourteenth
• 15 = 15th dibaca The fifteenth
• 16 = 16th dibaca The sixteenth
• 17 = 17th dibaca The seventeenth
• 18 = 18th dibaca The eighteenth
• 19 = 19th dibaca The nineteenth
• 20 = 20th dibaca The twentieth
• 21 = 21st dibaca The twenty first
• 22 = 22nd dibaca The twenty second
• 23 = 23rd dibaca The twenty third
• 24 = 24th dibaca The twenty fourth
• 25 = 25th dibaca The twenty fifth
• 26 = 26th dibaca The twenty sixth
• 27 = 27th dibaca The twenty seventh
• 28 = 28th dibaca The twenty eight
• 29 = 29th dibaca The twenty ninth
• 30 = 30th dibaca The thirtieth
Jika kamu ingin mengetahui lebih banyak tentang pelajaran bahasa Inggris?, Mari bergabung di EF dan kamu bisa belajar bahasa Inggris bersama guru yang professional. Yuk tingkatkan kemampuan bahasa Inggris kamu bersama EF!. Untuk informasi lebih lanjut kamu bisa klik banner dibawah ini!
Kasta Di India – Dewasa ini, masyarakat di berbagai negara sudah semakin sadar akan kesetaraan sosial yang berlaku tidak hanya di kota saja, tetapi juga di desa. Maksudnya, semua orang yang berada di suatu kelompok masyarakat memiliki kedudukan dan status yang sama untuk memperoleh haknya. Indonesia termasuk negara yang turut menggalakkan adanya sistem kesetaraan sosial ini, yang bahkan turut diatur juga dalam Undang-Undang Dasar 1945 sebagai dasar negara. Sayangnya, negara tetangga yakni India justru masih menganut hal sebaliknya, yakni dengan adanya sistem kasta. Yap, sistem kasta ini menjadi bentuk nyata dari ketidaksetaraan sosial di masyarakat.
Grameds pasti sudah sering mendengar apa saja kasta yang ada di India. Mulai dari kasta tertinggi yaitu Brahmana, kemudian ada kasta Ksatria, lalu ada kasta Waisya, dan terakhir ada Sudra. Umumnya, masyarakat memang mengetahui adanya 4 kasta ini saja. Padahal sebenarnya, masih ada kasta Dalit sebagai kasta terendah dan dianggap “tak tersentuh”. Bahkan saking “rendahnya”, ketimpangan sosial begitu terjadi secara nyata pada kasta Dalit tersebut.
Lantas, apa saja sih sistem kasta di India itu? Bagaimana sejarah dari munculnya sistem kasta di India ini? Bagaimana pula rasanya menjadi manusia yang berada di kasta tertinggi maupun kasta terendah di India? Supaya Grameds benar-benar ingin tahu akan hal-hal tersebut, yuk simak ulasan berikut ini!
Sejarah Sistem Kasta di India
Dilansir dari beberapa sumber, sebenarnya tidak ada yang tahu secara pasti kapan awal mula sistem kasta di India ini muncul. Hanya saja, tulisan mengenai sistem kasta muncul dalam sebuah teks Sansekerta yang sekaligus menjadi kitab suci agama Hindu, yakni Veda. Lalu, ada pula Rgveda yang menjadi kitab sebelumnya, bahkan jarang menyebutkan adanya perbedaan kasta yang berlaku di masyarakat alias mobilitas sosial berjalan pada umumnya saja.
Menurut koran-jakarta, apabila kita meminta seorang Hindu menjelaskan bagaimana sih asal-usul dari sistem kasta di India, pasti mereka akan menceritakan tentang kisah Brahma. Dalam kepercayaan Hindu, Brahma adalah dewa berkepala empat dan bertangan empat yang dipercayai sebagai pencipta alam semesta ini.
Nah, masing-masing “sosok” muncul dari bagian-bagian tubuh Brahma. Sosok pendeta atau yang dianggap sebagai guru “muncul” dari mulut Sang Brahma. Lalu, penguasa dan para pejuang “muncul” dari lengan Sang Brahma. Sementara para pedagang “muncul” dari lengan Sang Brahma. Terakhir, para pekerja dan petani yang merawat sawah “muncul” dari lengan Sang Brahma. Empat bagian tubuh Sang Brahma tersebut dipercayai sebagai awal mula terbentuk sistem kasta di India, yakni ada Brahmana, Kshatriya, Vaisya, dan Sudra.
Sementara itu menurut EFerrit, menyatakan bahwa sistem kasta di India sudah ada sejak Dinasti Gupta yang berdiri pada 320-550 M. Uniknya, dinasti ini justru didirikan oleh kasta Waisya yang mayoritas adalah para pedagang, bukan Ksatria yang mayoritas berperan sebagai para pejuang. Seiring berjalannya waktu, agama Islam masuk ke India dan menyebabkan berkurangnya kekuasaan kasta Brahmana sebagai pendeta. Bahkan kala itu, kasta Waisya dan Sudra pun seolah hampir menyatu satu sama lain.
Dalam kitab suci Weda, sebenarnya istilah sistem kasta ini tidak ada, hanya saja disebut sebagai Catur Warna. Yap, Catur Warna ini lebih membagi masyarakat berdasarkan Swadharma (profesi) atau wilayah kerja masing-masing individu. Selain itu, dalam kehidupan masyarakat India sejak lama pun sudah ada sistem kekerabatan yang diatur garis keturunan disebut sebagai Wangsa. Sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa kasta Brahmana, Ksatria, dan Waisya itu dikelompokkan lagi sebagai Triwangsa. Hal tersebut karena 3 kasta tersebut dalam proses kelahirannya akan diadakan upacara dengan prosesi penyucian.
Apa Itu Sistem Kasta di India
https://www.abc.net.au/
Jika melihat pada Dictionary of American English, kasta alias caste ini memiliki definisi sebagai “…is a group resulting from division of society based on class differences of wealth, rank, rights, profession, or job”. Singkatnya, kasta adalah sebutan strata sosial yang membagi adanya kelas, ras, keturunan, golongan di suatu masyarakat. Selama berabad-abad, keberadaan kasta di India ini seolah mendikte hampir seluruh aspek kehidupan manusia, yakni dengan masing-masing kelompok (kasta) akan menempati tempat tertentu dalam hierarki masyarakat.
Negara India menjadi sebuah negara di Asia Selatan yang hingga saat ini masih menganut sistem kasta sebagai strata sosial yang paling rumit di dunia. Penyebutan “kasta” diklaim muncul pertama kali oleh orang-orang Portugal untuk menunjukkan adanya klasifikasi sosial di Hindustan ini. Keberadaan sistem kasta di India diyakini sudah ada sejak kedatangan para orang-orang berbahasa Arya ke wilayah India.
Singkatnya, melalui sistem kasta ini seluruh masyarakat India terbagi menjadi 4 strata sosial. Kasta tertinggi adalah Brahmana yang sebagian besar berprofesi sebagai pendeta. Kasta kedua adalah Ksatria yang didominasi oleh para tentara dan pemimpin pemerintahan. Kasta ketiga ada Waisya yang merupakan para pedagang dan petani. Terakhir ada kasta Sudra yang didominasi oleh para pengrajin dan buruh. Pada kasta Brahmana, Ksatria, dan Waisya lebih dikelompokkan lagi sebagai Tri Wangsa.
Sebenarnya, masih ada satu lagi kasta yang dianggap paling rendah statusnya, yakni Dalit (menurut bahasa artinya adalah ‘tertindas’). Kasta dalit ini berkembang sebagai kelompok sosial yang paling rentan mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dan bahkan disebut sebagai untouchables alias ‘tak tersentuh’. Uniknya, meskipun kasta Dalit dianggap sebagai kasta paling rendah, tetapi pada tahun 1997 ketika India tengah merayakan 50 tahun kemerdekaannya, K.R Narayanan terpilih menjadi presiden pertama. Sedikit trivia saja nih, K.R Narayan adalah orang dari kasta Dalit yang berhasil menduduki kursi pemerintahan. Sayangnya, hingga saat ini diskriminasi terhadap kasta Dalit masih tetap ada, terutama di daerah pedesaan.
Para ahli sosial mengklaim bahwa keberadaan sistem kasta di India justru merujuk pada karakteristik bawaan dan yang diwariskan. Secara tidak langsung, sistem kasta di India menjadi sebuah tatanan yang membagi seluruh masyarakat India ke dalam kelompok-kelompok endogami dengan keanggotaan herediter. Tidak hanya membagi saja, sistem strata sosial ini juga dapat memisahkan sekaligus menghubungkan satu sama lain dengan adanya 3 karakteristik yakni:
Keberadaan kasta ini sebenarnya juga diterapkan kok di India, tepatnya di wilayah Bali. Mengingat masyarakat Bali didominasi oleh agama Hindu yang mengadopsi unsur-unsurnya dari negara Hindustan tersebut. Bukti penerapan sistem kasta di Bali adalah dengan pemberian nama anak-anak yang didasarkan pada kasta keluarga mereka. Sebutan sistem kasta tersebut adalah Catur Warna Hindu yang tentu saja tidak serumit di India dan masih berlaku sewajarnya tanpa adanya diskriminasi secara berlebihan.